
MARI WASPADA DENGAN MONKEYPOX
Belum usai pandemi COVID-19, terdapat ancaman penyakit infeksi emerging lainnya yaitu penyakit Monkeypox. Pada 23 Juli 2022, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Monkeypox sebagai darurat kesehatan global. Sampai dengan 1 Agustus Monkeypox telah menyebar di 75 negara dengan 23.620 kasus terkonfirmasi dan 10 orang dinyatakan meninggal. Untuk meningkatkan pengetahuan pengunjung RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo terkait informasi terbaru mengenai Monkeypox, edukasi Tim PKRS pada 2 Agustus 2022 mengambil tema pencegahan, etiologi, dan tata-laksana penyakit Monkeypox.
Monkeypox atau cacar monyet merupakan emerging zoonosis yang disebabkan virus Monkeypox yang endemis di Afrika Tengah dan Afrika Barat. Penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung 2- 4 minggu, namun bisa berkembang menjadi berat hingga kematian (tingkat kematian 3 – 6 %). Di negara-negara endemis, monkeypox sebagian besar ditularkan melalui primata dan hewan pengerat. Mengingat adanya potensi penularan seperti halnya di negara non endemis, importasi kasus, dan adanya kemungkinan hewan penular Monkeypox yang ada di Indonesia, maka diperlukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/terbuka (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut). Monkeypox antar manusia tidak secara mudah menular. Penularan dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, atau kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi. Penularan melalui droplet biasanya membutuhkan kontak yang lama, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau kontak erat dengan kasus berisiko lebih besar untuk tertular.
Orang dengan monkeypox menular ketika bergejala (biasanya antara dua sampai empat minggu). Ruam, cairan tubuh (seperti cairan, nanah atau darah dari lesi kulit) dan koreng sangat menular. Pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan/piring yang telah terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi juga dapat menulari orang lain. Monkeypox dapat menyebar melalui kontak langsung kulit ke kulit saat berhubungan seks, termasuk ciuman, sentuhan, seks oral dan penetrasi dengan seseorang yang memiliki gejala. Ruam kadang-kadang ditemukan pada alat kelamin dan mulut, yang kemungkinan berkontribusi terhadap penularan selama kontak seksual. Kontak mulut ke kulit dapat menyebabkan penularan di mana terdapat lesi kulit atau mulut.
Hindari melakukan kontak dengan siapa pun yang memiliki gejala. Tetap selalu menjaga protokol kesehatan dengan menjaga jarak dengan siapapun, mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas, serta menggunakan masker. Berikan informasi kepada tenaga Kesehatan yang jujur apabila mengalami dan kontak dengan pasien Monkeypox.
(Sumber: Pedoman Pencegahan dan Pengendallian Penyakit Monkeypox, Kementerian Kesehatan 2022)